Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teknik Menulis Opini di Media Massa

Menulis adalah sarana intelektual. Dengan menulis, kita sedang memupuk gaya hidup sehat dengan menyalurkan ide dan gagasan lewat cara yang ilimiah

Menulis juga sarana transfer pemikiran kepada orang lain. Ide yang dituangkan dalam menulis bahkan dapat menggerakan warga masyarakat. Iya, karena opini bisa dibaca dari mulai ratusan hingga ratusan ribu orang. Bahkan ada tulisan yang tembus hingga jutaan pembaca.

Ada seseorang pernah menulis di Jakarta Post. Tak menyangka tulisannya dishare hingga ke banyak negara dari mulai Myanmar, Malaysia, Jerman, Inggris, dan lain sebagainya. Luar biasa. Itulah kekuatan tulisan.

Cara Menulis Opini di Media Massa
Menulis di Media Massa. (sumber: nmc-mic.ca)
Menulis opini, berbeda dengan menulis status di Facebook atau instagram. Menulis opini butuh keseriusan dan ketekunan. Mau capek melakukan riset dan mengemasnya dengan gaya bahasa populer.

Kenapa mau capek, karena menulis opini adalah bagian dari upaya mentransfer gagasan yang ilmiah kepada para pembaca. Tidak hanya perlu meluangkan untuk meriset, bahkan kita juga dibawa untuk mampu meluangkan waktu.

Misalnya saja, menulis satu artikel, bisa memakan waktu sampai 3-4 jam. Itu jika datanya sudah ada, jika belum ada, bisa sampai 1-2 hari. Lelah, tapi ini adalah sarana ibadah. Ketika orang merasa tercerahkan, ada kepuasan pribadi dalam diri kita.

Menulis opini juga bagian dari perang pemikiran. Tidak sedikit rubrik opini di media massa jadi ajang saling berbalas tulisan dalam merespon problematika suatu bangsa. Itu pernah terjadi di Harian Republika ketika meletus kasus Syiah Sampang.

Mengapa menulis opini menjadi penting? Karena dia adalah wadah intelektual yang dapat mempengaruhi banyak orang. Tak sedikit orang tercerahkan setelah ia membaca opini di media massa.

Di Indonesia, hampir semua media massa menyediakan rubrik opini. Seperti Harian Republika, Tempo, Kompas, Harian Amanah. Termasuk juga media online Islam seperti Republika.com Hidayatullah.com, Salam-Online.com, Islampos.com, Kiblat.net. dan masih banyak lagi.

Opini-opini ini berisi bahasan beraneka ragam. Bisa soal masalah sosial, politik, agama, agama, hukum, budaya, sejarah, dan lain sebagainya.

Salah satu karakteristik penulisan opini adalah kapabilitas penulis. Artinya penguasaan penulis pada bidangnya akan sangat berpengaruh kepada kualitas tulisannya. Dan, itu akan semakin mudah menembus media massa.

Di sinilah, media massa akan melihat keahlian kita dalam menulis sebuah masalah.

Namun meski semua persoalan dapat kita tuangkan atau kita tulis dalam opini, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.

Pertama, tema yang kita bahas harus menjadi persoalan hangat ditengah-tengah masyarakat/umat. Ya, aktual.

Kedua, tema yang kita tulis tidak boleh berisi fitnah atau hoax. Tulisan Opini di media massad harus menggunakan data-data ilmiah yang bisa kita pertanggungjawabkan.

Ketiga, tulisan harus memiliki solusi yang jitu atau applicable dengan masalah yang kita angkat. Solusi yang kita tawarkan harus realistis dan tepat.

Keempat, karena opini adalah tulisan ilmiah dengan kemasan populer, kita tetap harus mencantumkan sumber rujukan atau sumber kutipan jika kita sedang mengutip orang lain.

Ini penting untuk meyakinkan pembaca jika tulisan kita ilmiah dan data kita dapat dipertanggungjawabkan.

Yang perlu kita ingat bersama adalah jagalah ritme tulisan kita dengan gaya bahasa populer.

Artinya apa sih? Gaya menulis populer itu adalah yang mengalir, gak njelimet, mudah dipahami pembaca, walau kita sedang menampilkan sebuah problema atau sebuah tema yang "berat"

Selain itu, gunakanlah bahasa yang lugas dan tidak  bertele-tele. Gaya bahasa yang berputar-putar akan memusingkan pembaca, hingga pesan yang ingin kita sampaikan gagal diterima pembaca. Editor pun juga kadang malas mengeditnya.

Ide dan gagasan yang baik tapi tak ditunjang dengan sistematikan penulisan yang baik, maka akan sia-sia.

Ingat, media massa adalah sarana yang menjangkau keseluruhan pembaca. Di sana, ada akademisi, karyawan, ibu rumah tangga, mahasiswa, pedagang, buruh, pelajar dan lain sebagainya. Pastikan bahwa tulisan kita bisa menjangkau mereka.

Lalu bagaimana kerangka penulisan sebuah opini di media massa? Jujur, tidak terlalu sulit.

Setidaknya secara sederhana, opini harus memuat pendahuluan (di sini tulisan kita harus menarik), pembahasan masalah, kesimpulan, dan dilengkapi dengan pemecahan.

Sementara Redpel Tempo, L.R Baskoro, menyebut struktur penulisan opini di media massa terdiri dari: Judul, Alinea Pembuka, Isi (Batang Tubuh), Alinea Penutup (Ending).

Mari kita kupas bersama-sama.

Di kalimat pembuka (lead), kita dituntut untuk bisa memikat pembaca. Ada pepatah, pandangan pertama begitu menggoda. Itu juga berlaku di tulisan. Lebih-lebih opini di media massa.

Jika kita gagal membuka tulisan dengan menarik, maka pembaca akan meninggal tulisan kita.

Lead berfungsi untuk membawa pembaca untuk mengerti masalah apa yang akan dibicarakan oleh penulis opini. So, jangan terlalu panjang dalam membuka tulisan. Tulis secara singkat-singkat saja.

Setelah selesai di Lead, maka kita akan berlanjut di bagian pembahasan.

Di sinilah kita dituntut, setidaknya, memiliki kekuatan dalam tiga hal: kekuatan data, kekuatan analisa, dan kekuatan sistematika pembahasan.

Simpelnya, datanya akurat, analisa cermat, dan gaya tulisannya runut.

Dalam mengajukan analisa, kita harus bisa memberikan pembahasan dampak positif dan negatifnya sebuah kebijakan diterapkan. Kita juga didorong memperkuat opini kita dengan mengetengahkan sejumlah fakta dan contoh-contoh yang ada

Ketika seseorang menulis opini di Detik.com tentang serangan AS, penulis memberikan sejumlah data tentang serangan-serangan AS sebelumnya yang ternyata banyak membunuh masyarakat sipil.

Untuk memperkuat opini tulisan tersebut bahwa serangan AS ke Suriah lebih didorong faktor politis ketimbang kemanusiaan, penulis juga melengkapi tulisan dengan tanggapan sejumlah pengamat di Timur Tengah. Diperlukan riset dari sejumlah pengamat yang tersebar di sejumlah media massa, seperti Al Jazeera.

Tak cukup satu data, tulisan itu juga mencari hubungan AS dengan Rusia yang ternyata tengah intim. Fakta serangan AS ke Suriah bernuansa politis semakin kuat dengan adanya kontak AS ke Rusia sebelum serangan.

Nah, jadi seperti itu. Analisa-fakta. Analisa-fakta. Semakin kaya data, semakin baik. Tapi harus diperhatikan, kita tidak diharuskan memasukkan semua data. Masukkanlah data yang penting-pentings saja di mana itu menjadi prioritas untuk kita tulis. Sebab, media tetaplah wadah yang terbatas.

Tidak sedikit media yang hanya minta tulisan kita tidak lebih dari 600 kata. Kalau dihitung-hitung, hanya dua lembar. Bahkan ada media yang hanya minta opini sepanjang 1,5 lembar. Jika terlalu panjang, pembaca akan lelah dan pesan kita tidak sampai.

Materi Islamic Journalist Class
40. Jadi Anda susah payah menulis panjang-panjang, tetaplah keputusan itu ada di tangan editor. Di bagian manakah artikel kita akan dipangkas.

Terakhir adalah penutup. Ini seperti kesimpulan dari opini yang kita tulis. Setelah semua masalah beserta analisanya sudah kita kemukakan, berilah pemecahan masalah atau solusi dari problem yang kita bahas.

Lalu bagaimana mencari inspirasi dalam menulis opini? Lihatlah situasi terkini yang berkembang. Di media, ini disebut peg/cantolan peristiwa.

Apa sih yang sedang ramai diperbincangkan orang, kita bisa mulai dari situ dalam menggali inspirasi dalam menulis opini.

Namun bukan berarti menulis opini identik dengan momentum peristiwa. Kita juga menggali tulisan dengan mengetengahkan sudut pandang yang perlu diketahui publik.

Misalkan, mengapa sekarang ada upaya penghalusan bahasa kepada beberapa istilah dari penyakit masyarakat. Dulu kita menyebut para perempuan malam dengan istilah pelacur. Lalu berganti lagi menjadi Wanita Tuna Susila. Bahkan mereka sekarang disebut pekerja. Ya, pekerja seks komersial.

Kira-kira apa sih dampak dari penghalusan bahasa ini terhadap fenomena maraknya pelacuran. Ini adalah bahasan menarik, yang belum banyak dibahas orang. Namun sangat urgen untuk kita tulis.

Terakhir, menulis itu adalah proses. Tak ada penulis yang baik tanpa ditempa proses yang panjang. Maka itu, berlatihlah. Lakukan berkali-kali. Jangan ingin cepat menerima hasil.

Pilot yang hebat adalah pilot yang lahir dari jam terbang yang tinggi. Begitu juga dengan penulis.

Sebagai bagian dari umat muslim tentu ingin kedepan rubrik opini media massa diisi oleh para penulis-penulis muslim dengan gaya bahasa yang elegan, cermat, ilmiah, cerdas, dan baik dalam sistematika penulisannya. Semoga itu lahir dari para penulis dari bacaan ini. Semoga, kita saling mendoakan.

Demikian yang bisa artikelblog.xyz sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. Semoga bermanfaat. Jangan lupa sebarkan tulisan ini.

Posting Komentar untuk "Teknik Menulis Opini di Media Massa"